Header Ads

Inilah Lelucon Anies yang Tidak Lucu


KAPOS - Entah harus ketawa atau prihatin mendengar pernyataan paslon nomer 3 akhir-akhir ini. Sesuatu yang sama sekali tidak lucu tapi bagi Anies dianggap sebuah kelucuan. Sayangnya apa yang dianggap lucu olehnya tidak membuat orang jadi tertawa sambil salto hingga termehek-mehek.

Pernyataan lucu Anies yang tidak lucu terjadi ketika mengajak agar warga  Jakarta, selain memilih dirinya namun juga ikut menjaga tempat pemungutan suara (TPS) pada hari pencoblosan di putaran kedua nanti. Hal  ini dilakukan untuk menghindari praktik lucu seperti anggapannya.

"Kenapa saya sampaikan ini? Ada 480 lebih TPS yang angka kemenangannya di atas 90 persen. Mungkin nggak (bila) di tempat itu 90 persen menang? Bapak-ibu, ini lucu. Tapi saya juga tidak tahu apa yang terjadi. Makanya  saya bilang lucu," ujar Anies.

"Di mana-mana kalau pilkada itu, nomer 1 kalau menang nih, dapat 55 persen. Sisanya bagi dua. Menang 60 persen, yang 40 dibagi dua. Itu umumnya begitu. Tapi nomor 2 ada 480 TPS lebih yang angkanya di atas 90 persen. Karena itu kita jaga sama-sama," sambungnya.

Pernyataan lucu Anies yang tidak lucu ini secara tersirat bisa diartikan  ingin mengatakan bahwa ada dugaan kecurangan yang dilakukan oleh pasangan calon nomer 2. Namun karena tidak memiliki bukti menunjukkan kecurangan tersebut maka dibungkus kata "lucu". Sebagai sosok yang dinilai santun kan harus begitu cara menyampaikannya. Memainkan rangkaian kata-kata manis untuk menggiring persepsi publik.

Bagi penghuni bumi bulat, bila ada paslon di Pilkada memperoleh suara diatas 90% di TPS bukan sebuah kelucuan. Karena hal itu sangat mungkin terjadi, apalagi bila dihitung dari ribuan TPS yang ada. Contoh saja ketika Pilkada di Solo tahun 2010.

Waktu itu yang maju menjadi calon walikota adalah Jokowi berpasangan dengan FX. Hadi Rudiatmo diusung oleh PDIP, PKS dan PAN. Perolehan yang didapat 248.243 suara atau 90,09% mengalahkan pasangan Edy Wirabhumi-Supradi Kertamenawi karena hanya memperoleh  27.306 suara (9,91%). Perolehan suara ini tidak hanya dari 480 TPS saja seperti yang dikatakan Anies, tapi malah 932 TPS. Artinya dari sejumlah TPS keseluruhannya bila diambil rata-rata dimenangkan oleh Jokowi- FX. Hadi Rudiatmo dengan perolehan suara 90%.

Apakah kemenangan telak Jokowi tersebut karena partainya Jonru ikut menjadi pengusungnya hingga waktu itu sepi dari isu sara walau wakil Jokowi non muslim, ini masih perlu survei sendiri. Tapi yang jelas angka  perolehan 90% itu ada nyata dan terbukti.

Kalau sekarang paslon Ahok-Djarot seperti yang dikatakan Anies memperoleh suara lebih 90% dari 480 TPS dianggap lucu, berarti kemenangan Jokowi di Solo tahun 2010 dari keseluruhan 932 TPS bagi Anies  harusnya merupakan sesuatu yang lebih lucu lagi. Kalau Jokowi juga dianggap lucu tapi kok kemarin waktu Pilpres malah jadi tim suksesnya. Nah...ini malah sesungguhnya yang benar-benar lucu dan hukumnya wajib buat ngakak-ngakakkan sambil guling-guling dengan istri masing-masing. Jangan guling-gulingnya sama kak Emma yaaa....

Ada kelucuan yang tidak lucu lagi soal klaim bahwa warga Jakarta menginginkan Gubernur baru. Itungan lucu-lucuan digunakan berdasarkan suara putaran pertama kemarin. Ahok-Djarot hanya memperoleh sekitar 43% dan itu dijadikan bukti bahwa mayoritas warga Jakarta tidak menghendaki
petahana memimpin ibukota lagi.

Kalau metode perhitungannya demikian, jadi lucu karena menganggap warga Jakarta yang Golput atau tidak sempat menggunakan hak pilih maupun kertas coblosannya gugur dan tidak dihitung diartikan bukan warga Jakarta lagi karena tidak dimasukkan hitungan. Jelas angka perolehan
putaran pertama tidak menggambarkan suara keseluruhan warga Jakarta yang  punya hak pilih.  Apakah sudah yakin mereka juga pingin punya Gubernur baru.

Bahkan tidak menutup kemungkinan para Golputers  di putaran 2 nanti justru turun gunung untuk memenangkan sang petahana karena tidak ingin melihat ibukota dipimpin oleh paslon yang didukung oleh ormas titik-titik. Seperti terjadi di Pilpres 2014 kemarin.

Selain itu jika dalam Pilkada ada 3 kontestan, otomatis setiap paslon memiliki pendukung. Tujuannya bukan pingin punya Gubernur baru atau tidak, tapi pasti berusaha memenangkan calonnya. Bila salah satu tersingkir, dipastikan para pendukung dari paslon ini suaranya akan terpecah. Bisa sebagian beralih ke paslon yang masih bertarung atau tidak menutup kemungkinan memilih Golput. Tidak beda bila PIlkada diikuti oleh 4 atau 5 paslon lebih.

Nah...kelucuan klaim lucu ini sudah mulai terlihat sekarang. Perolehan suara dari AHY sekitar 17% yang diklaim dan dimasukkan sebagai pemilih yang menginginkan Gubernur baru, sudah terpecah. Bahkan Demokrat menyatakan akan non blok dan relawan serta elte partainya beberapa sudah merapat ke paslon nomer 2. PKB yang semula menjadi partai pengusung AHY-Sylvi kemungkinan besar malah akan bergabung dengan Ahok-Djarot. Nah lo...makin lucu kan jadinya.

Itulah beberapa kelucuan yang tidak lucu ditunjukkan oleh paslon nomer 3. Setelah sebelumnya meluncurkan program lucu dan menuai kontroversi rumah DP 0% kemudian diralat menjadi Nol Rupiah tapi harus menabung 6 bulan dulu dan ditomboki duit APBD, juga ternyata hanya rumah susun bukan seperti bayangan orang semula tapi malu-malu lucu mengatakannya, karena rumah susun ini sudah identik dengan nama Ahok.

Silahkan penonton tambahin lagi kelucuan-kelucuan di Pilkada DKI 2017 ini. Yakin masih ada yang bisa ditemukan untuk bahan ngakak-ngakakkan daripada dengerin dema-demo atau kampanye bawa-bawa jenasah segala....nggilani.

Salam Okeh Ngoceh...Merdeka!

Sumber: Elde di Kompasiana

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.